Apakek

Saturday, January 8, 2011

Spion Itu Penting Bro!

Dulu waktu kelas 5 SD, saya udah latihan naik motor. Di desa, di jalan berbatu yang kecil, sepi, dan damai... Rasanya naik motor ya gampang-gampang aja. Tinggal gas, tambahin gas, oper gigi persneling, turunin gas, oper gigi lagi, rem, dan seterusnya. Gitu aja kok!

Tapi muncul pertanyaan: kenapa harus punya SIM?

Ternyata kita harus punya SIM supaya terbukti kalau kita memang sudah layak untuk mengendarai motor di jalan raya. Nah, layak atau tidaknya nggak cuma dari keterampilan oper gigi, tapi juga toleransi kepada pengguna jalan lainnya. Termasuk menggunakan spion.

Selama ini, spion banyak dianggap remeh oleh pengendara sepeda motor (maaf stereotype). Perhatikan deh kalau tidak hanya di Jakarta, bahkan di daerah, banyak motor yang nggak dilengkapi spion. Banyak juga yang spionnya cuma....

spion kecil yang buat hiasan doang/asal gak ketilang polisi...



atau yang cerminnya datar...



bahkan Pak Polisi pun motornya nggak ada spionnya...

Ironis.


Mungkin tanpa membaca penjelasan saya yang tadi sekalipun, mungkin Anda sudah mengerti apa pentingnya memiliki SIM. Tapi masih banyak lho, yang belum tahu apa pentingnya menggunakan spion. Mungkin bagi pengendara mobil, hal ini sudah diketahui karena waktu les mengemudi, instruktur pengemudi selalu mengingatkan siswa untuk selalu melihat spion paling tidak setiap 5 detik. Sayangnya kebanyakan pengendara sepeda motor itu otodidak, dan nampaknya banyak yang belum mengetahui pentingnya menggunakan spion.

Padahal, peranan spion bagi sepeda motor itu sangat penting, nggak kalah pentingnya seperti mobil. Ada beberapa keuntungan dari melihat spion, di antaranya:

1. Menghormati kendaraan yang melaju di belakang kita
Pernah nggak mengalami kejadian lagi mengendarai motor di tengah jalan, kemudian dari belakang ada mobil yang menggerung-gerung karena ingin melaju cepat? Setidaknya, kalau melihat spion selalu, kejadian seperti itu dapat teratasi. Toleransi, kan?

2. Meminimalisir kecelakaan, terutama ketika ingin menyalip ataupun belok
Menyalip itu kejadian krusial yang bisa dibilang tidak bisa dielakkan. Tapi kalau nyalipnya nggak lihat spion, mudah tertebak: bisa-bisa tertabrak dari belakang. Kalau sampai kejadian, siapa yang disalahkan?

Menurut etika, seharusnya yang disalahkan ya si pengendara motor yang nyalip. Sudah menjadi korban, salah pula. Namun kenyataannya, yang disalahkan justru pengendara mobil/motor yang menabrak dari belakang. Gimana toh?

Ini ilustrasi sederhananya (diklik kalau animasinya tidak berjalan):
nggak mau kan seperti itu?


Dan masih banyak lagi.

*****

Belum lama ini, saya berkunjung ke Semarang. Sayangnya, sejauh yang saya ketahui, disiplin dan toleransi lalu lintas di kota itu sangat sangat sangat parah. Tidak hanya pengendara motor yang tidak melihat spion, namun juga mobil! Bahkan di jalan tol, pengendara mobil tidak melihat spion: ambil lajur kanan kiri sembarangan, ada juga yang selalu di kanan walaupun jalannya lambat.

Ada juga pengendara motor di daerah yang ngebut tapi ugal-ugalan. Sangat membahayakan, dan membuat pengendara lain senam jantung, you know.

Namun saya juga memberi apresiasi kepada orang Tegal yang mengendarai motornya. Keren, walaupun ngebut, tapi bertanggung jawab: selalu melihat spion, memperhatikan keadaan sekitar, dan menyalip dengan bertanggung jawab. Walaupun ngebut, tidak ugal-ugalan.

Seharusnya kepolisian memperhatikan hal seperti ini.

1 comment:

Unknown said...

berdasarkan kenyataan gan.
tapi ane mah ga setiap 5 detik..setiap mau nyalip aja...kalau di satu jalur,jalan aja anteng....

kalau wangan,baru tuh,liat spion setiap mau nyalip dan woooosh