Apakek

Monday, December 7, 2009

Di Indonesia, Protes itu Dilarang

Ah, entah kenapa setelah nulis judul itu, pikiran gw tertuju pada jaman pemerintahan Suharto. Waktu itu, orang yang protes (jangankan protes, berpendapat negatif dikit aja) bakalan ditangkap dan "dihilangkan". Aneh deh

Ternyata kebiasaan protes atau mengemukakan pendapat itu nggak biasa di Indonesia. Gara-gara si Kenthus itu. Yaa jadinya bisa diliat di postingan blog sebelum ini, tentang naik kereta. Waktu itu gw protes ke orang untuk nggak dorong-dorong. Dia justru melempar balik "tuntutan" gw, bukannya minta maaf. Itulah Indonesia, bagi yg belum tahu

Gak lama ini, ada kasus seorang pegawai bank swasta yang protes (tepatnya curhat) akan pelayanan sebuah rumah sakit. Rumah Sakit Omni International Bintaro. Ya, tepat sekali, Bu Prita

Tahukah Anda bahwa pada bulan Juli (kalau tidak salah) beliau dipenjara selama kurang lebih 14 hari? Oh God penting banget apa? Padahal jelas sekali di pasal 28 UUD '45 dituliskan bahwa
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Gila, gw yang masih SMA seriing banget dijejelin sama UUD pasal segini. Berarti mengeluarkan pikiran itu wajar dong secara hukum? oh meen

Dan gw gak habis pikir dengan sang pengadu itu. Baca ini deh

seharusnya begitulah cara pemilik perusahaan/apalah itu kalau diberi kritik atau dicela. BUKAN MENUNTUT

Menyedihkan banget deh rasanya, kalo orang ngomong aja bisa masuk penjara.

Dan taukah Anda bahwa akhir-akhir ini kasus Bu Prita dibuka lagi? Padahal beberapa bulan yang lalu sudah resmi ditutup. Dan beliau diadili, terkena hukum pidana 6 bulan penjara, dan perdata sebesar 204 juta rupiah

...jumlah uang yang sangat besar

tak tahukah pihak RS Omni bahwa dengan menuntut, nama mereka sudah sangat buruk? tak tahukah mereka bahwa dengan dikabulkannya tuntutanmu, maka namamu semakin buruk? semakin tak dipercaya? apalah gunanya uang? lebih baik meminta maaf bukan??

entahlah, heran dengan tingkah laku manusia masa kini. semoga ke depannya semua orang bisa lapang dada menerima kritik, dan memperbaiki diri...

No comments: