Apakek

Saturday, March 20, 2010

Manusia Pintar yang Disia-siakan Indonesia

Obrolan bermula suatu malam, di ruang makan, rumah saya.

entah sedang membicarakan apa, tiba-tiba Ayah saya bicara tentang masa kuliahnya..

"Dulu, waktu bapak kuliah, bapak punya temen. Orangnya pintaaaar sekali. Waktu semester pertama, IP dia biasa-biasa aja. Tapi begitu semester kedua, IPnya 4!! Dan itu berulang di semester ketiga!! Sampai akhirnya di awal semester keempat dia pindah ke Jepang, karena dapat beasiswa di sana..

Dia lanjutkan S1 di sana. Dan nggak pakai pulang ke Indonesia, dia langsung melanjutkan S2.

Ohiya, dulu waktu masih di UGM, dia juga rajin bikin jurnal ilmiah. Dan dia dapat beasiswa di Jepang bukan hanya karena IPnya yang sempurna, tapi juga karena karyanya pernah dimuat di jurnal ilmiah internasional

Sepulangnya dari S2 di Jepang ke Indonesia, dia kecewa, karena tenaga dia nggak dipakai di sini. Akhirnya dia balik lagi ke Jepang untuk kerja di perusahaan milik Jepang. Dia jadi orang hebat di sana.

Dia biasa-biasa aja, bukan orang yang kaya-kaya amat. Asli kelahiran Semarang, kota Wingko. Dulu, kalau dia pulang kampung, bapak bercanda minta bawain wingko. Tapi kembalinya ke Jogja, dia bener-bener bawain Wingko. Bawainnya nggak kira-kira pula, sampai dibagi-bagi ke tetangga aja masih sisa banyak hehe...

Bapak pernah ngobrol-ngobrol sama dia. Kenapa dia bisa sampai sepintar itu.. dan katanya...
'Kamu kan tahu sendiri, aku ini orang Tionghoa. Aku nggak akan dianggap ataupun dipandang jika prestasiku sama seperti orang pribumi. Aku tetap dianggap minoritas. Maka dari itu, sejak kecil ayahku sudah menanamkan prinsip, bahwa jika kamu mau sukses, kamu harus berprestasi 10 kali lipat dibandingkan orang pribumi! Dan usahamu juga harus 10 kali lipat!! Jika kamu sudah berhasil mendapatkan itu, baru kamu bisa dipandang. Dan benar kan?? hehehehehe...'

Dulu dia bilang begitu. Dan terbukti kan kalau dia bisa sukses... Intinya, kalau mau berprestasi, kamu harus berusaha setidaknya di atas usaha orang lain. Syukur-syukur bisa 10 kali lipatnya seperti Peng Hong. Memang Peng Hong berasal dari keluarga yang cukup kaya. Tapi apa orang pintar cuma dari kalangan orang kaya? Nggak kan?...."
Sontak saya kaget mendengarnya. Dulu ayah saya kuliah di UGM, Teknik Nuklir. Di masa ayah saya, Teknik Nuklir baru pertama kali dibuka, dan hanya menerima 24 mahasiswa (dan hanya satu mahasiswi). Liem Peng Hong salah satu orang terbaik dengan prestasinya. Tapi sayang sekali, hampir semua orang pintar Indonesia tidak bisa tinggal di Indonesia, karena usaha keras mereka tidak dihargai...

Pertanyaan saya, bisakah saya seperti Liem Peng Hong?
jawabannya: bisa, jika mau berusaha seperti kaum Tionghoa, yang memegang prinsip usaha 10 kali dari bangsa pribumi


iseng-iseng googling nama Liem Peng Hong, dan OMG, BANYAK SEKALI ENTRINYA!! dan sepertinya memang itu orangnya

3 comments:

Elok Halimah said...

Tulisan ini menarik sekali. Setelah membacanya, saya juga coba google di internet nama Liem Peng Hong. Memang banyak sekali! Beliau sudah sangat berprestasi (dan diakui!).

Anonymous said...

hmm gw ga nyangka tekadnya sebesar itu fan, apalagi alasannya "cuma" masalah ras
sebelumnya, gw kira lebih ke bakat genetis. karena menurut gw orang Tionghoa emang pinter-pinter

Anonymous said...

wah fan, tulisannya asik nih.
dimana-mana contoh nyata itu emang lebih "menyentuh".

ada satu lagi kebiasaan jelek yang dipelihara orang-orang kita.
kalau melihat orang sukses seperti pak peng hong, yang bekerja di luar negeri dan dihargai disana,
orang kita pasti sibuk mengungkit-ngungkit masalah nasionalisme-nya lah,
nggak nyumbang apa-apa buat negara-lah,
berkhianat gara2 uang-lah,
dll.

narrow minded...