Apakek

Monday, June 21, 2010

Kiribati, Negara Pertama yang Mencari Perlindungan


Pernahkah kamu mendengar nama Kiribati sebelumnya? Saya sendiri belum, sampai saat membaca artikel Discovery Channel Magazine bulan Desember/Januari 2010 yang berjudul: The First Climate Change Refugees.

Semula saya nggak tertarik sama sekali. Tapi karena kebiasaan artikel apapun dibaca, akhirnya saya baca juga. Dan disebutlah nama negara kecil itu.

Terletak di Timur Indonesia dengan luas area 811 km persegi, negara ini adalah negara pertama yang terpaksa mencari tempat mengungsi karena perubahan iklim. Terletak di Samudra Pasifik dengan keseluruhan daerah yang merupakan atol dan pulau koral yang hanya memiliki ketinggian 2 meter di atas permukaan laut, menjadikan wilayahnya tenggelam setiap pasang. Sebenarnya, kejadian tenggelamnya pulau-pulau ini baru saja, ujar Presiden Kiribati yang sangat sederhana, hanya menggunakan kaus. Walaupun baru-baru saja, tapi ini sangat sering sehingga mengganggu penduduk Kiribati yang berjumlah kira-kira 113.000 jiwa.

Ohiya, negara ini termasuk negara kepulauan. Dengan jumlah pulau 33 buah. Dahulu, sebelum tahun 2005, hanya dengan modal tanggul pasir setinggi pulau, air tidak naik. Tapi sekarang, naik. Untungnya rumah-rumah warga dibangun dengan model rumah panggung, sehingga tidak mengganggu. Tetapi tetap saja, anak-anak tidak bisa bermain dengan nyaman waktu pasang. Ditambah seringnya badai yang melanda.
For quite some time I did not sleep because I didn't have a solution to a problem that there wasn't a solution to. What happens to us in the future? Do we disappear as a culture? These are the issues that keep me awake. says Anote Tong, President of Kiribati
"The temperature are getting hotter and there is a change in the level of the sea," Kata Ribita Iobete, seorang pelaut berusia 23 tahun. Ujarnya lagi, itu juga berpengaruh pada makanan yang ada di sana. Kelapa, sebelumnya berbuah sebesar kepala, sekarang hanya sebesar kepalan tangan.

Universitas Colorado di USA, memperkirakan jika emisi CO2 tetap stabil, air laut tetap akan naik hingga 2 meter di akhir abad ini. Tentunya gugus kepulauan Kiribati akan hilang.

Walaupun belum hilang begini, masyarakatnya sudah resah, karena semakin mahalnya kebutuhan hidup. Belum lagi lingkungan jadi mudah rusak. Air bersih pun jadi tercemar air laut.

Presiden Kiribati pun memohon bantuan untuk eksodus para warganya. Dan bersyukur, Australia dan Selandia Baru bersepakat membuat perjanjian untuk pengungsian warga Kiribati. Akhir-akhir ini, 75 orang per tahun telah dipindahkan ke Selandia Baru.

Sang Presiden berharap jika seandainya setiap negara mau mengambil satu keluarga Kiribati, setidaknya masalah penduduk ini bisa selesai.

*****

Dari sini, masihkah Anda tidak peduli dengan iklim? Masihkah Anda berfoya-foya dengan bensin, kebut-kebutan, ke warung 100 meter naik mobil, tidur larut malam, sementara saudara kita di sana menderita karena perubahan iklim?

2 comments:

Unknown said...

Ternyata menjaga lingkungan emang penting......supaya kagak terjadi pemanasan global coba..... kalo semua daratan kerendem air laut akibat pemanasan global gimana coba...mau ngungsi , ngungsi kemana? ke Mars ...capek deeeeeh................

Unknown said...

udah gak bisa ngapa2in lagi gan.. emang udah jalannya kali yah kalo bumi ini bakal hancur karna perbuatan manusia.