Apakek

Saturday, June 26, 2010

Sistem Pendidikan Baru?

Kurikulum di Indonesia jauh lebih hebat daripada di luar negeri. Tapi kenapa sedikit sekali orang Indonesia yang bisa (bukan dalam arti finansial) sekolah di luar negeri?

DAN KENAPA sedikit orang Indonesia yang mampu berkarya seperti orang luar negeri?



Berarti kurikulum di Indonesia banyak salahnya dong?

Saya baru baca biografi orang hebat di dunia saat ini: Sergey Brin dan Larry Page. Sang pendiri Google. Dia katakan, bahwa jika ingin sukses, ada 4 hal yang paling penting: pantang mundur, kepemimpinan, ambisi, dan fokus. Saat ini saya hanya ingin membahas tentang fokus.

Bayangkan, anak sekolah jaman sekarang, khususnya SMA disuruh belajar 17 mata pelajaran, Belum ditambah dengan ekstrakurikuler dan OSIS. Belum lagi jika anak tersebut memiliki kegiatan di luar sekolah yang cukup berat juga. Mana bisa fokus?

Sergey dan Page, Google founders
Ada apa dengan fokus? Bayangkan, dengan belajar 17 mata pelajaran dan kegiatan lainnya, seorang pelajar tidak bisa folus dengan sesuatu yang ingin didalaminya. Sehingga semuanya jadi sia-sia, basi.

Emangnya relevan, seorang arsitek belajar biologi? Atau seorang ekonom belajar sosiologi? Saya rasa nggak. Jadinya ngapain belajar seabreg mata pelajaran yg barang tentu bikin pusing kayak gitu?


Kalau saya sih, nggak mampu. Baru selesai belajar fisika, tiba-tiba diganti dengan sosiologi. Istilahnya pelajarannya baru diproses di RAM, belum masuk ke harddisk, programnya udah diclose karena diganti dengan program lain, dan hilang deh semuanya hehe

******

Intinya sih, saya cuma punya unek-unek gak jelas di kepala, tentang kurikulum atau sistem pendidikan di masa depan. Begini:

1. TK tidak ada pelajaran eksakta sama sekali. Yang ada hanya pelajaran kewirausahaan (semacam berlatih tambal ban, dsb) dan bermain-main.

2. SD mulai belajar membaca, dan tentunya dengan pelajaran wajib yang ada sekarang. Tapi tidak semua dipukul rata, I think. Jika ada siswa yang ingin serius mendalami sesuatu, maka sekolah wajib menyediakan fasilitasnya. Ohya, tetap ada pelajaran kewirausahaan, dan di SD anak ditekankan untuk suka baca buku. Hobi berat kalau bisa.

3. SMP mulai menggenjot kemampuan dan tujuan hidup si anak. Jadi di sini justru beban belajar paling ditekankan, tujuannya untuk mematangkan di SMA, juga untuk menyibukkan anak, karena SMP biasanya mulai labil. Kewirausahaan lebih ditekankan di sini.

4. SMA hanya ada 4 pelajaran wajib: Bahasa Inggris, Matematika, PKn, dan agama. Dengan alokasi jam pelajaran selama satu minggu sebanyak 4 jam, 3 jam, dan 1 jam, dan 2 jam.

Alokasi total jam pelajaran selama satu minggu adalah sebanyak 50 jam pelajaran. Di sini, dari sisa 40 jam pelajaran, siswa dibebaskan memilih mata pelajaran apa pun yang ingin didalami, dengan syarat minimal mengambil 15 jam pelajaran. Jadi kalau mau ambil 15 jam pelajaran pilihan di fisika aja, silakaan, atau yang mau jadi Aristoteles, ngambil 40 jam pelajaran di seluruh mapel, silakan.

Jadi diharapkan siswa lebih fokus dengan masa depannya nanti.
ohiya, sekolah juga wajib menyediakan semacam lab untuk mengembangkan kreativitas siswanya, seperti di BPK Penabur.

Lantas, seperti kuliahan dong? Memang, tapi bedanya, di sini hanya diajarkan materi seperti sekarang ini, seperti kurikulum KTSP. Tapi kalau gurunya mampu dan siswa juga mampu untuk sedikit belajar materi kuliah, boleh juga.

******

Emangya semua orang Indonesia dengan kemampuan otak berbeda-beda *dan notabene di bawah rata-rata* mau dijadiin Aristoteles?

nggak mungkin kan? Nah, sekarang zamannya fokus. Insya Allah akan melahirkan SergeyandLarry lain di Indonesia.

Bagaimana menurut Anda? Adakah yang salah dengan sistem ini?
Tolong komen ya.. Terimakasih


Di malam yang mendung, 23.04, 28 Mei
Tofan yang stress karena Seninnya ulangan umum

1 comment:

arutaki said...

menurut gw perlu tambahan pelajaran sastra dan budaya indonesia deh, bukan linguistik indonesia