Apakek

Saturday, June 26, 2010

Mengapa Mereka Tak Sadar Juga?

Suatu hari, di panas yang terik....

Seorang anak SMA yang baru pulang sekolah segera bergegas berjalan kaki ke stasiun demi mendapatkan kereta AC. Setelah berlari-lari karena mendengar sirene perlintasan kereta, akhirnya KRL AC yang menghilangkan rasa panas itu diraihnya juga.

Naiklah dia, dengan terengah-engah karena kehabisan napas.

Stasiun demi stasiun berlalu. Hingga di suatu stasiun yang sepi, ada seorang ibu-ibu. TUING. Sampah dibuang sembarangan, dibuang ke peron kereta. Sampah minuman dalam kemasan.

Ditegurlah orang itu oleh anak SMA yang masih labil itu.

"Bu, lain kali buang sampahnya jangan sembarangan, ya."

Tapi Ibu itu diam saja. Padahal sudah ditegur baik-baik. Anak SMA itu keluar dari kereta dengan kecewa.

*****

Kisah lain, di suatu tempat. Suara pengajian.

Masih dengan anak SMA tadi. Dia heran dengan pengajian ibu-ibu yang memekakkan telinga itu. Udah suaranya cempreng, speakernya cempreng pula. Kesal, sebal, dan gundah gulana. Ingin teriak keras-keras, karena esoknya ulangan umum matematika. Tak dapat dicegah, sebuah umpatan kotor keluar dari mulutnya.

Heran, kenapa pengajian setiap hari tidak mengubah hidup mereka lebih baik? Ternyata mereka pengajian hanya pengajian. Tidak melakukan hal lain. Ternyata mereka sepulang pengajian tetap ngerumpi. Nggak ada kerjaan lain. Tidak ada perubahan.

Ibu anak SMA itu pernah bilang ke ta'lim itu. Tapi karena masih orang baru, tidak digubris ajakan yang baik itu. Memang apa sih ajakannya? Mengolah sampah bersama-sama supaya bisa menaikkan taraf hidup mereka. Juga ditawarkan untuk mencari pekerjaan baru. Dan bila pengajian, tidak pakai TOA yang suaranya keras-keras.

Kenapa mereka tak sadar juga? Berarti ta'lim yang mereka jalankan selama ini, tak ada hasilnya? Padahal Islam tidak menyuruh umatnya di masjid melulu, tapi juga melihat dunia. Jangan melihat akhirat melulu, tapi lihat dunia juga untuk hidupmu. Apa yang salah dengan orang-orang ini?

*****

Tapi di lain hal, si anak SMA itu berlibur. Di suatu pulau. Dan melihat ada pengolahan limbah. Ketika ditanya, bagaimana mereka bisa melakukan hal itu?

Dijawabnya, "Ini dimulai dari pengajian,"

Kenapa?? Siapakah sesungguhnya yang hatinya keras?

*****

Dan ada teman anak SMA itu, non-muslim, yang sering dianggap oleh orang Islam itu kafir. Suatu saat berdebat antara anak SMA itu, dengan non-muslim, dan muslim. Tentang korupsi.

Disebutlah, kalau pembajakan itu korupsi. Karena uang pajaknya tidak tersalurkan. Si non-muslim itu setuju. Tapi entahlah, yang Islam dan telah belajar banyak itu kok ya nggak setuju. Sudah diyakinkan berkali-kali, tetap saja tidak mau mengakui kalau pembajakan itu jahat.

*****

Jadi siapakah yang lebih pantas disebut sebagai "yang hatinya keras"? Siapakah yang sebenarnya "kafir"?