Apakek

Wednesday, September 29, 2010

Golf

Lihat iklan TV tentang turnamen PGA yang disponsori CIMB, dan akan diadakan untuk pertama kalinya di Asia Tenggara, saya jadi ingat jaman saya masih main golf....



Orangtua saya bilang, golf itu sangat bagus untuk pembentukan karakter. Pelatih saya menyetujuinya, plus menambahkan kalau bisa membentuk tubuh saya yang dulu seperti buntalan karet.

Kalau membentuk tubuh, itu bisa dipahami. Olahraga mana, sih, yang tidak membentuk tubuh? Bahkan catur pun yang kerjanya hanya duduk dan mengandalkan otak, mengharuskan pemainnya untuk loncat-loncat dan lari-lari sebanyak mungkin supaya tidak pegal saat duduk berlama-lama.

Tapi kalau membentuk karakter, belum pernah saya dengar sebelumnya. Sejauh itu, yang saya tahu hanya renang membuat diri lebih santai dan tenang. Tapi saya tidak merasakan bukti konkretnya. Jadi, keabsahan renang membuat jiwa lebih santai dan tenang saya pertanyakan.

Sedangkan kalau golf, itu jelas sekali. Untuk perkenalan, tahukah Anda, bahwa permainan golf itu tidak hanya asal pukul bola? Bahkan, permainan golf itu mengharamkan pemainnya untuk "memukul" bola. Tetapi mewajibkannya untuk mengayunkan tangan.

Memukul dengan mengayun tentu berbeda. Kalau memukul, otot melakukan kontraksi supaya stik bisa mendapat banyak energi. Yak, seperti Anda memukul teman Anda dengan sapu, misalnya. Atau saat memukul bola pada permainan baseball dengan menggunakan tongkat.

Tapi lain halnya dengan mengayun. Ayunan hampir tidak mengeluarkan energi sama sekali. Hanya mengandalkan gravitasi untuk membuat tangan Anda bisa menggerakkan stik. Itulah sebabnya mengapa pemain golf selalu mengangkat tangannya sampai atas: supaya ayunannya bisa mantap. Contoh ayunan adalah: saat Anda berjalan, tangan Anda akan bergerak maju mundur, bukan?

Atau, contoh lain dari memukul adalah saat memukul bola pada permainan baseball. Sedangkan mengayun adalah saat berjalan, tangan akan bergerak maju mundur.

Lain halnya dengan baseball --semakin kuat energi pemain memukul bola, semakin jauh bola terlempar--, golf justru sebaliknya. Semakin lemah energi pemain untuk memukul bola, semakin jauh bola terlempar.

Dan, hubungan antara sifat golf ini dengan pembentukan karakter: jika kita sangat bernafsu untuk memukul bola, maka bola hanya akan terbang pendek. Oleh karena itu, pemain golf sangat dilatih emosinya. Emosi supaya tidak ada pikiran untuk mengalahkan lawan.


Ayah saya pernah bilang, kalau pemain golf punya niatan untuk mengalahkan lawan sebelum bertanding, sudah pasti pemain yang berniat untuk mengalahkan lawan itu, akan kalah. Hal itu diamini pelatih saya. Selidik punya selidik, rupanya pemain yang punya niatan untuk mengalahkan lawan, cenderung tidak sanggup menahan emosinya. Dan saat memukul bola, dia tidak mengayunkan tangan, melainkan memukul. Hal ini fatal, dan bertambah fatal jika pemain tidak mengatur emosinya.

Oleh karena itu, saya sering sekali mendengar kata-kata bijak dari pegolf: kalahkanlah dirimu sendiri, maka kamu dapat mengalahkan lawan. Kata-kata ini jarang sekali saya dengar dari olahragawan cabang lain.

Lain halnya dengan sepakbola, yang pemainnya --bahkan suporternya-- selalu punya niatan dan emosi untuk mengalahkan lawannya. Maka, tak heran jika kalah suporternya cenderung tak sanggup menahan emosi, hingga akhirnya ada nyawa yang hilang sia-sia. Bahkan pemainnya pun pernah ada yang terbawa emosi dan mengeroyok wasit. Tapi, pernahkah Anda mendengar ada kisah bahwa Tiger Woods atau siapalah pernah mengeroyok pemain lain karena dirinya gagal hole in one?

Yap, melatih emosi seperti di atas memang tidak harus melalui olahraga mahal seperti golf. Bisa kok dijalani diri sendiri, asalkan ada niat kuat dan tulus untuk selalu membersihkan hati. Anda berminat?

2 comments:

Anonymous said...

Kalo pukulannya kenceng (v0) mestinya lebih jauh, asal elevasinya pas 45 derajat :P

Tofaninoff said...

iya, tapi kalo v0nya gede, pasti tenaganya lebih dikit hehe

herannya main golf walopun keliatan gak pake tenaga, sakit banget punggungnya ckck