Apakek

Thursday, September 9, 2010

Pembersih Kamar Mandi (Berbahaya?)

Yak, kita punya banyak merk-merk pembersih, misalnya Wipol, Vixal, atau karbol lainnya. Dan mungkin Anda (saya juga) tidak begitu terbiasa dengan merk-merk semacam GSR, atau apalah.

Alkisah, saya baru saja selesai membersihkan kamar mandi. Gatal dengan bercak-bercak (jamur?) yang ada di kaca wastafel, ambillah pembersih bercak yang bermerk Bruce's GSR itu. Dulu beli barang itu, karena kebetulan tidak ada merk buatan dalam negeri yg bisa menghilangkan bercak di kaca. Buatan Amrik, mahal banget -,-



Itulah bendanya, sampai-sampai nomor telpon darurat kalau kenapa2nya aja kode negaranya +1 -,-

Oke, saya gak mau mempermasalahkan bagusan buatan luar negeri atau dalam negeri. Yang saya permasalahkan adalah: tulisan "Heavy Duty"nya.

Kalau di Indonesia, tulisan "Heavy Duty" tuh udah kayak benar-benar mantap, dioles dikit hilang. Kayak iklan karbol yg sekali siram terus dilap nodanya langsung hilang. Dan saya kira, karena ini impor, "Heavy Duty" bisa berarti lebih gila daripada buatan Indonesia.

Tapi ternyata enggak, coy. Saya salah besar. Justru ini pembersih puarah banget. Gak ilang-ilang nodanya. Kesel, saya ulang, dibersihin berkali-kali. NGGAK BERSIH JUGA RRAWR.


Konsultasi ama ibu. Ternyata katanya, kalau mau pakai itu, harus pakai spons yang belakangnya kasar, dan digosok sampai tangan berotot lol.

**********

Nah, dari situ saya jadi mikir, kenapa mereka buat pembersih yang sepayah itu. Mungkin jawabannya karena lingkungan, mereka tidak mau membuat pembersih yang kuat karena merusak lingkungan. Kalau Indonesia sih, peraturannya tidak ketat, jadinya karbol super kuat masih bisa beredar luas. Lalu, sebenarnya siapa sih yang lebih tidak menghargai lingkungan: kita, orang Indonesia, atau orang Amerika sana yang setiap hari mengebulkan asap?

Memang, emisi CO2 kita tidak sebanyak Amerika, diakui. Tapi, cukup besar di Asia, bahkan Asia Tenggara. Selain itu, Amerika tidak pakai plastik lagi. Plastik bukan hanya plastik sebagai wadah (baca: tas kresek), tapi juga seperti hal di bawah ini:


Sedikit cerita, teman saya ibunya pulang dari Amerika dan membawa berbungkus-bungkus cokelat M&M. Saya udah hampir marah karena: kenapa beli ukuran kecil-kecil berbungkus banyak, padahal ada yang bungkus besar? Bungkus plastik kan merusak lingkungan.

Eh ternyata, bungkusnya dari kertas! Ya, kertas!! Bandingkanlah dengan Indonesia, yang di mana-mana kue atau makanan bungkusnya plastik.

Sampai-sampai, saya baca di Kompas lupa edisinya, disebutkan bahwa "Sampah Bungkus Mie Instan Mencapai 1,1 Milyar". Yak, 1,1 milyar bungkus, dan tidak dapat didaur ulang. Itu sangat merusak lingkungan. Dan saya takut, karena sekarang sedang tren makanan gopekan semacam Chocolatos, nanti sampah makanan itu akan memenuhi alam Indonesia karena tidak dapat didaur ulang.



Itu baru dari sampah makanan. Belum lagi rusaknya hutan. Belum lagi (mungkin) dampak tak langsung pembersih kamar mandi yang tadi saya sebutkan. Belum lagi styrofoam yang digunakan di bungkus Pop Mie. Sampah mobil-mobil ringsek yang tak ada harganya lagi. Belum lagi sampah handphone bekas, atau alat elektronik bekas lainnya. Negara kita kan dikenal konsumtif. Berarti, jika kita konsumtif, kitalah pendukung rusaknya lingkungan.

Indonesia, sudah isinya sampah (baik sampah tak dapat didaur ulang, maupun sampah sosial lainnya), ditambahin sampah lagi, mau jadi apa?

Belum lagi ditambah emisi-emisi PLTU Batubara ataupun hal minyak lainnya. Wah, makin buruk saja lingkungan ini.

Kalau dipikir, mungkin impact-nya emisi dan sampah Amerika, bisa-bisa kita ini penyumbang rusaknya lingkungan yang paling besar loh.


Memang dibutuhkan peran langsung dari pemerintah untuk mengatasi hal-hal di atas. Tapi nampaknya, butuh waktu sampai cucu saya punya anak baru pemerintah kita memperhatikan hal ini. Jadi tak ada salahnya mulai mengurangi membersihkan kamar mandi, kendaraan, ataupun mengepel dengan banyak-banyak zat kimia. Kalau bisa, gunakanlah zat pembersih yang ramah lingkungan.

No comments: