Apakek

Wednesday, August 11, 2010

Antara CEO dan Pemilik Perusahaan

Haha, mungkin dari judul ini Anda mengira saya akan memberi info mengenai bagaimana menjadi CEO yang baik. Tapi bukan, kok. Ini ringkasan khotbah tarawih tadi malam :)

*****

Alkisah, ada seorang Direktur yang telah mengabdi kepada perusahaan selama umur perusahaan itu berdiri. Karena tangan dinginnya si Direktur, perusahaan itu mampu menenggak banyak keuntungan, dan dapat memakmurkan karyawannya. Seolah-olah tanpa Direktur itu, perusahaan tak akan bergerak.

Suatu hari, si Pak Direktur ini sudah merasa terlalu lama mengabdi kepada perusahaan, dan ingin mengabdi kepada Tuhan. Lalu esok harinya, melaporlah Pak Direktur ini kepada pemilik perusahaan.

"Pak, saya sudah lama sekali mengabdi kepada perusahaan ini. Dan saya ingin mengundurkan diri," ujar Direktur.
"Lho, kenapa?"
"Saya ingin mengabdi kepada Tuhan, Pak. Saya rasa waktu saya selama ini hanya digunakan untuk mengabdi kepada perusahaan. Jarang sekali saya meluangkan waktu untuk Tuhan."
"Tetapi, kalau kamu tidak di sini, saya yakin perusahaan ini tidak akan berjalan dengan baik!! Apa kamu tidak peduli dengan saya dan karyawan-karyawan yang dihidupi oleh perusahaan ini?"
"Ah, saya yakin kok, kalau masih ada banyak benih-benih lainnya yang sanggup memimpin perusahaan ini ke arah lebih baik. Jangan saya terus. Jangan saya semua. Kalau tidak ada regenerasinya, bagaimana nantinya, Pak?"

Setelah berdebat sekian lama, akhirnya pemilik perusahaan melepas kepergian direktur itu, dengan berat hati sekaligus bangga. Kemudian, kebetulan pemilik perusahaan yang bergerak di bidang properti itu berkata.

"Tapi, sebelum kamu pergi, saya beri kamu satu tugas. Tugas yang penting."
"Apa itu, Pak?"
"Kamu harus bangun rumah yang sebagus-bagusnya. Semewah-mewahnya!"
"Berapa dananya, Pak?"
"Berapa saja! Kamu mau minta lantai dari marmer italia, saya beri! Kamu minta kayu redwood paling baik, boleh! Apa saja, semewah-mewahnya!"
"Berapa lama, Pak?"
"Saya beri kamu waktu satu tahun. Pokoknya, kamu minta apa saja, saya beri!"

Pak Direktur itu berpikir, satu tahun.... Lama sekali.
Lalu dia bertanya-tanya, akan lama sekali bila satu tahun. Padahal dia ingin mendekat kepada Tuhan lebih cepat. Lalu dia kerjakan tugas itu asal-asalan.

Dia pilih lokasi yang tidak strategis. Semua yang diberikan, mulai dari marmer, kayu, lampu kristal, tidak diambilnya. Arsitekturnya pun, yang biasa-biasa saja.

Satu bulan rumah itu jadi. Lalu diberikannyalah kunci tersebut kepada pemilik perusahaan.

"Wah, cepat sekali! Apakah rumah itu sudah sesuai dengan kriteria yang saya berikan?"
"Silakan dilihat sendiri, Pak..."
"Hmm, terserah Anda. Sebenarnya, saya memberi tugas ini, adalah untuk Anda."
"Maksud bapak?"
"Ya, rumah ini untuk kamu. Ini hadiah dari perusahaan. Bukan untuk perusahaan."

Seketika, direktur itu menyesal. Sangat menyesal. Menyesal tiada tara. Namun, nasi telah menjadi bubur. Semua yang diberikan ditolak, dan yang dia dapatkan hanya rumah sangat sederhana dari hasil kerjanya yang tidak serius.

*****

Yak, ilustrasi di atas adalah, tentang Ramadhan. Di bulan Ramadhan, Allah menjanjikan apapun untuk kita minta. Mulai dari ibadah pagi, hingga pagi lagi ada. Namun, apakah kita masih mau menyia-nyiakan Ramadhan tersebut, padahal ibadah di bulan Ramadhan sesungguhnya hasilnya juga untuk kita?

No comments: