Apakek

Sunday, August 29, 2010

Kiamat

Tulisan ini akan saya hapus jika saya telah mengetahui kebenarannya.
--


Saya agak kesal karena harus menerima kenyataan bahwa hari pembalasan serta kiamat itu seram. Kesalnya lagi, tadi malam setelah tarawih, bermimpi sedang mengejar waktu Shalat Jumat, kemudian hampir terjadi kiamat. Untung dibangunkan untuk sahur. Kalau nggak, mungkin saya nggak bisa tidur lagi.

Karena kejadian tadi pagi, saya jadi teringat kejadian --kalau tidak salah-- lima (atau empat?) ramadhan yang lalu.

*****

Pulang tarawih. Kemudian tidur. Setelah sahur, ke masjid untuk shalat Subuh. Surah pendek yang dibacakan selalu sama: Al A'la, dan "beberapa ayat dari surah yang banyak Asmaul Husna-nya".

Sejak pertama ramadhan, surah itu selalu diulang. Nggak setiap kali shalat, sih. Tapi frekuensinya termasuk banyak.

Penasaran dengan "beberapa ayat dari surah yang banyak Asmaul Husna-nya", saya mulai mencari di Quran. Mencari dari Al-Baqarah, hingga selesai.

Setiap pagi mencari, herannya nggak ketemu-ketemu. Bolak-balik Quran, gak ketemu juga. Nahlo. Sampai jadi kesal karena nggak ketemu-ketemu, baca artinya aja.

Dari ayat 1 sampai banyak sekali, saya baca arti-artinya. Hingga menemukan tentang kiamat. Ada ayat yang menurut saya super seram. Yah, ini hanya menurut ingatan saya. begini bunyinya:

--
Tidakkah kamu takut akan hari pembalasan? Di mana setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan?
Hari yang lamanya beribu tahun, dan hanya yang beriman dan memiliki banyak amalan soleh yang tidak merasa tersiksa.

Terdapat dua golongan, golongan kanan dan golongan kiri.

Di mana golongan kanan pada saat melalui Siratul Mustaqim, tidak merasa kesulitan. Melaluinya dengan kemudahan dan sukacita karena akan menghadap Surga Allah.



Friday, August 27, 2010

Kasihan

Saya sering terenyuh melihat pedagang makanan atau barang lainnya. Apalagi bulan puasa gini....

Bulan puasa, pasti banyak "pedagang dadakan". Yak, jualan ta'jil semacam es buah, jajanan pasar semisal pastel dan risol, gorengan, cakwe, atau yang lainnya. Tentunya, kalau berjualan ada yang untung dan ada yang rugi.

Tapi, saya sering banget sakit hati kalo ngelihat ada penjual yang dagangannya nggak laku....

Alkisah, waktu itu saya berniat beli sop buah di depan komplek. Beli 3 bungkus. Lalu, di sebelah tukang sop buah yang ramai, ada penjual jajanan pasar. Sepi sekali, sangat kontradiktif....
Kasihan banget. Udah sedia modal banyak, bikinnya capek, jualannya panas-panasan, yang beli sedikit pula. Mungkin nyaris nggak ada.... Tapi wajah penjualnya juga tidak mengeluh, entahlah hatinya bagaimana. Mau beli, tapi sedang super berhemat. Lagipula, buang-buang uang juga kalau beli yang tidak diperlukan.

Sumpah, mau nangis rasanya. Kenapa dia harus bernasib seperti itu. Gimana kabar keluarganya yang dinafkahi....

Belum lagi penjual jepitan rambut atau "lem korea" di stasiun ataupun di atas KRL. Saya nggak habis pikir, apa ada yang beli... Soalnya, setiap saya naik, nyaris selalu sepi pembeli. Sudah dagangannya harganya murah, saya juga nggak yakin dia ambil untungnya banyak. Apa dia bisa makan, barang sehari saja....

*****

Tapi, nggak tahu kenapa, saya jarang sekali punya rasa kasihan dengan peminta-minta, mungkin nyaris nggak ada. Setragis apapun kondisinya, saya tidak segitunya.

Memang, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tapi entah kenapa, saya tidak ada niatan untuk membantu orang yang seperti ini....

Ah, apakah hati saya keras?

Sunday, August 22, 2010

Doa Jendral Douglas MacArthur


Build me a son, O Lord, who will be strong enough to know when he is weak, and brave enough to face himself when he is afraid; one who will be proud and unbending in honest defeat, and humble and gentle in victory.

Build me a son whose wishbone will not be where his backbone should be; a son who will know Thee…. Lead him, I pray, not in the path of ease and comfort, but under the stress and spur of difficulties and challenge. Here let him learn to stand up in the storm; here let him learn compassion for those who fail.

Build me a son whose heart will be clean, whose goal will be high; a son who will master himself before he seeks to master other men; one who will learn to laugh, yet never forget how to weep; one who will reach into the future, yet never forget the past.

And after all these things are his, add, I pray, enough of a sense of humor, so that he may always be serious, yet never take himself too seriously. Give him humility, so that he may always remember the simplicity of greatness, the open mind of true wisdom, the meekness of true strength.

Then I, his father, will dare to whisper, “I have not lived in vain.”


**********


Kira-kira artinya begini:

Berikanlah anakku, ya Tuhan, yang akan cukup kuat untuk mengetahui saat dia lemah, dan cukup berani untuk menghadapi dirinya sendiri ketika ia takut; orang yang akan bangga dalam kekalahan yang jujur, dan rendah hati dan lemah lembut dalam kemenangan.

Bentuklah anakku menjadi manusia yang
--saya tidak cukup paham frasa tersebut--; seorang putra yang akan mengenal Engkau... Bimbinglah dia, bukan di jalan yang penuh kemudahan dan kenyamanan, tetapi di bawah tekanan dan desakan kesulitan dan tantangan. Biarkan dia belajar untuk berdiri di tengah badai; biarkan dia belajar belas kasih bagi mereka yang gagal.

Berikan anakku hati yang bersih, yang tujuan hidupnya tinggi; seorang putra yang sanggup memimpin dirinya sendiri sebelum ia berusaha untuk memimpin orang lain; orang yang akan belajar untuk tertawa, namun tak pernah lupa bagaimana menangis; orang yang akan mencapai ke dalam masa depan, namun tak pernah melupakan masa lalu.

Dan setelah semua hal-hal ini, berikanlah dia cukup rasa humor: sehingga ia dapat selalu serius, tapi tidak pernah mengambil dirinya terlalu serius. Beri dia kerendahan hati, sehingga ia selalu ingat kesederhanaan dari kebesaran,
--saya tidak paham frasa tersebut--, lemah lembut merupakan kekuatan sejati.

Lalu aku, ayahnya, akan berani berbisik, "Hidupku tidak sia-sia."

Friday, August 20, 2010

Jatuh dari KRL.... Gubrak!!

Oke, yang jatuh bukan saya haha. Ada orang, entahlah siapa dan apa latar belakangnya. Ini cerita murni, gak ada unsur-unsur anehnya -,-

**********

Pulang sekolah, jam 3 sore. Hari itu hari Jumat, 20 Agustus. Nungguin KRL Ekonomi AC tujuan Bogor/Depok. Berharap KRL TM 7000 baru yang lewat. Tapi ternyata KRL Ekonomi Holec. Yasudahlah, thanks God it's Holec

Kayak biasa, namanya ekonomi ya untung ato mujur (bukannya sama yak -,-), kalo nggak penuh ya kosong. Lumayan lah tadi kosong.

KRL melaju menuju selatan. Di Tebet yang ramai, penumpang di pintu mulai berjubel. Untung masih bisa naik dan melanjutkan perjalanan....

Hingga akhirnya selepas Stasiun Tebet menuju Stasiun Cawang, suatu kejadian yang menarik untuk dilihat. Oh noes, gak menarik juga sih, cuma rada menegangkan: KRL sedang melaju, ada orang botak berkaos biru bercelana jeans berusaha untuk naik ke atap. Gila, sinting, sedeng, pikir gw.

Yak, gw udah seneng banget kalo ngeliat ada orang yang naik ke atap pas kereta lagi jalan. Udah 3 kali seumur hidup gw ngeliat kejadian itu. Cuma bedanya, 2 kali yang pertama, selalu waktu kereta baru jalan dari stasiun. Nggak pernah sewaktu kereta ngebut. Anehnya, kejadian kali ini, yang ketiga, the victim naik ke atap pas kereta ngebut, perkiraan gw 60 km/h. Angin ke arah belakang kereta kenceng banget karena mau hujan. Serem, pikir gw.

*****

Kebetulan the victim ada di gerbong yang sama, tapi di pintu sebelah selatan. Kereta ngebut ke selatan. Jadi gw ngeliat ke depan.

Terus, the victim ini berusaha naik ke atap. Yak. Hampir berhasil. Tapi dia gemeteran. Entah kenapa, nyalinya gak kuat, atau karena angin kencang, atau atapnya licin.

Tuesday, August 17, 2010

Pajangan Dinding

Sejak saya kecil, sampai sekarang, tidak pernah ada satupun pajangan di rumah saya yang bertuliskan nama-nama Tuhan atau tentang agama. Saya perhatikan album foto zaman dulu, sampai sekarang, memang benar-benar tidak ada.

Suatu hari, karena penasaran, saya tanyakanlah kepada ibu saya. "Tanya bapakmu, sana," jawab ibu saya.

Langsung saya tanya ayah saya. Jawabannya:


Untuk apa pajang-pajang begitu. Mau dilihat biar agamanya kuat, gitu? Buat apa.... Alim atau nggak itu yang tahu cukup Tuhan dan kita aja. Tidak perlu orang lain tahu. Kalau sampai begitu nanti malah pamer, riya.

Lagipula, di samping itu, hal seperti itu tidak sepatutnya dipajang di dinding, tapi lebih baik diukir di hati. Karena kalau dipajang di dinding, sama halnya dengan Tuhanmu hanya dinilai seharga gantungan murahan begitu. Apa sebanding, Tuhan yang memberikan segalanya, cuma jadi pajangan yang berdebu?


Dan saya termangu.

Sunday, August 15, 2010

Luruskan dan Rapatkan Safnya

"Luruskan dan rapatkan safnya, karena sesungguhnya kerapatan dan kelurusan saf adalah syarat sempurnanya shalat."

Kalimat di atas adalah kalimat yang sering sekali saya dengar, hampir setiap akan shalat berjamaah, kalimat sakti itu dikeluarkan. Bahkan sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saf harus lurus dan rapat. Tapi, entahlah, telah terbentuk suatu mindset di kepala saya, bahwa setiap menjalankan shalat berjamaah, saf harus lurus dan rapat.

*****

Dulu, waktu masih kecil saya diperkenalkan shalat berjamaah di masjid. Saya pikir, satu buah sajadah itu untuk satu orang. Tapi saya yang masih kecil heran, kenapa orang mendempet-dempet sampai saya terasa sesak? Bukankah satu sajadah hanya untuk satu orang?

Lalu saya mendengar perintah untuk merapatkan saf. Kemudian saya berpikir, berarti kalau safnya tidak lurus ataupun rapat, maka shalat tidak sempurna.

Saya juga baru menyadari, bahwa yang dimaksud lurus bukanlah lurus barisan ke depan, melainkan lurus ke samping, karena saf itu bentuk barisannya ke samping, horizontal. Bukan ke depan.

Sekitar 10 tahun saya hidup di lingkungan yang safnya selalu rapat. Sampai-sampai kalau shalat berjamaah safnya nggak rapat, saya jadi risih juga. Mungkin karena pengaruh keluarga yang selalu mewajibkan mengerjakan segala hal dengan rapi. Tapi sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saf harus rapat --dari segi agama. Masih suatu hal yang absurd.

*****

Hingga saya pindah ke sini dua tahun yang lalu, sekitar 4 km jauhnya dari tempat tinggal saya yang dulu.

Di perkampungan yang setiap hari, ibu-ibunya melakukan pengajian. Setiap waktu shalat Jum'at, jamaahnya selalu memakai baju koko dan sarung yang di atas mata kaki. Setiap sore melakukan marawis.

Tapi kalau shalat tidak pernah merapatkan safnya.

Saturday, August 14, 2010

Penipuan Gaya Baru

Cuma mau berbagi pengalaman, karena saya sekeluarga, khususnya Ayah saya hampir saja ditipu. Semoga Anda tidak mengalaminya :D

*****

Orang tua saya jual mobil. Karena keperluan mendesak, maka diiklankan di internet, dan dicantumkan keterangannya.

Herannya, baru sehari dipasang iklan itu di internet, langsung ada peminat. Wajar lah kalau yang dijual mobil Jepang yang gampang laku kayak kacang goreng. Tapi ini mobil Amerika aneh, dan langsung laku!


Tanpa basa-basi, si peminat Pak Warjito langsung SMS Ayah saya. Katanya mau ditransfer DP-nya sebesar x juta ke rekening. Ditanyakan, "Kenapa nggak lihat-lihat dulu, Pak?" Lalu dijawabnya, dia sudah lama mengincar mobil yang seperti itu. Lalu siang harinya hanya mampir sebentar ke depan rumah saya. Kebetulan mobilnya diparkir tusuk sate dengan pagar, alias kalau lihat pagar, mobilnya juga kelihatan.

Ayah saya yang sedang di rumah, langsung cek ke rekening. Belum sampai. Ditanyakanlah kepada Pak Warjito ini.

Katanya dia sudah transfer via ATM di --lupa saya nama daerahnya. Ayah saya percaya, dan pikirnya ATM BCA di sana memang suka error. Lalu disuruhlah Pak Warjito ini untuk menelpon Halo BCA.

Friday, August 13, 2010

Apa Itu Bau?

"Wah, harum sekali baunya...."
"Yaampun, ini bau apaan sih?"
"Baunya menggoda selera...."
"Lo belom mandi, ya? Kok bau banget, sih?"


Ya, itulah bau. Dan sampai saat ini saya masih penasaran dengan "apa itu bau sebenarnya". Sampai-sampai waktu lagi khotbah Jum'at tadi, saya malah mikirin kira-kira bau itu apa. Fail, jangan ditiru -,-

*****

Pas mikir tadi, saya sampe kepikiran beberapa hal:

1. Bau itu bukan disebabkan karena struktur atom.
Karena kalau bau itu tersusun dari atom-atom, jadi kalo baunya dihirup terus, bakalan habis dong? Dan tubuh kita akan penuh dengan "atom-atom bau". Tapi pada kenyataannya, saya belum menemukan kasus "bau itu habis". Palingan baunya hilang karena termakan waktu, atau karena terpengaruh oleh bau yang lain.

Misalnya, yang wangi jadi bau apek karena nggak mandi. Jadi, bau wanginya itu nggak "habis", tapi cuma tergantikan sama bau apek.

Selain itu, saya juga belum pernah belajar di kimia tentang pembuat bau. Sejauh ini yang saya ketahui, di atom itu ada Proton, Neutron, Elektron, Quark, Gluon, dan yang sedang mau ditemukan adalah Higgs Boson. Nggak ada satupun dari pembentuk atom-atom itu yang merupakan pembentuk bau. Proton dan Neutron, pembentuk inti. Elektron, listrik. Higgs Boson, pembentuk massa. Lantas, apa itu bau?

2. Bau itu bukan partikel seperti foton.
Ah, Anda tahu foton, bukan? Partikel tak bermassa, yang biasanya merupakan cahaya.
Entahlah, saya berpikir bau itu bukan foton, karena bau itu tidak "dibangkitkan oleh suatu energi".

Kalau foton, atau cahaya, kan butuh energi untuk memunculkan cahaya tersebut. Gak usah jauh-jauh deh, lampu. Lampu butuh energi listrik untuk menyala. Matahari butuh reaksi fusi nuklir untuk menyala.

LAH BAU? Nggak butuh energi apa-apa juga udah muncul. Terus bau itu apa?

3. Bau itu bukan energi.
Bau bukan energi, karena kalau bau itu energi, pasti ada Pembangkit Listrik Tenaga Bau, bukan? -,-

Wednesday, August 11, 2010

Antara CEO dan Pemilik Perusahaan

Haha, mungkin dari judul ini Anda mengira saya akan memberi info mengenai bagaimana menjadi CEO yang baik. Tapi bukan, kok. Ini ringkasan khotbah tarawih tadi malam :)

*****

Alkisah, ada seorang Direktur yang telah mengabdi kepada perusahaan selama umur perusahaan itu berdiri. Karena tangan dinginnya si Direktur, perusahaan itu mampu menenggak banyak keuntungan, dan dapat memakmurkan karyawannya. Seolah-olah tanpa Direktur itu, perusahaan tak akan bergerak.

Suatu hari, si Pak Direktur ini sudah merasa terlalu lama mengabdi kepada perusahaan, dan ingin mengabdi kepada Tuhan. Lalu esok harinya, melaporlah Pak Direktur ini kepada pemilik perusahaan.

"Pak, saya sudah lama sekali mengabdi kepada perusahaan ini. Dan saya ingin mengundurkan diri," ujar Direktur.
"Lho, kenapa?"
"Saya ingin mengabdi kepada Tuhan, Pak. Saya rasa waktu saya selama ini hanya digunakan untuk mengabdi kepada perusahaan. Jarang sekali saya meluangkan waktu untuk Tuhan."
"Tetapi, kalau kamu tidak di sini, saya yakin perusahaan ini tidak akan berjalan dengan baik!! Apa kamu tidak peduli dengan saya dan karyawan-karyawan yang dihidupi oleh perusahaan ini?"
"Ah, saya yakin kok, kalau masih ada banyak benih-benih lainnya yang sanggup memimpin perusahaan ini ke arah lebih baik. Jangan saya terus. Jangan saya semua. Kalau tidak ada regenerasinya, bagaimana nantinya, Pak?"

Setelah berdebat sekian lama, akhirnya pemilik perusahaan melepas kepergian direktur itu, dengan berat hati sekaligus bangga. Kemudian, kebetulan pemilik perusahaan yang bergerak di bidang properti itu berkata.

"Tapi, sebelum kamu pergi, saya beri kamu satu tugas. Tugas yang penting."
"Apa itu, Pak?"
"Kamu harus bangun rumah yang sebagus-bagusnya. Semewah-mewahnya!"
"Berapa dananya, Pak?"
"Berapa saja! Kamu mau minta lantai dari marmer italia, saya beri! Kamu minta kayu redwood paling baik, boleh! Apa saja, semewah-mewahnya!"
"Berapa lama, Pak?"
"Saya beri kamu waktu satu tahun. Pokoknya, kamu minta apa saja, saya beri!"

Sunday, August 8, 2010

Cita-cita

Waktu kecil, saya punya cita-cita macam-macam. Yah, layaknya anak kecil. Tapi saya nggak pernah punya cita-cita sebagai dokter, haha.

Hingga akhirnya saat ini, cita-cita saya adalah sebagai ilmuwan.

Saya pikir, berani amat menargetkan cita-cita setinggi hal yang mungkin akan sangat sulit saya capai. Gila. Yah, gen keluarga saya biasa-biasa aja, nggak lebih. Belum dukungan lingkungan tidak cukup memadai. Terlebih dukungan dari negara sendiri, Indonesia.

Tapi, setelah makin ke sini, saya rasa hal itu sebenarnya bukanlah halangan. Toh, kemarin saya chatting dengan Al Atiqi, alumni SMA saya yang sekarang di melanjutkan studinya di NTU. Waktu itu lagi hot-hotnya prestasi SMA saya atas medali yang didapat pada hasil OSN (Olimpiade Sains Nasional). Lalu, ngobrolin tentang OSN.

Dia menyuguhkan saya beberapa nama-nama yang saya belum pernah dengar. Di antaranya: Jonathan Pradana Mailoa. Dia pertama ikut olimpiade sains di tingkat nasional, medali langsung emas. Begitu melanjutkan ke IPhO (International Physics of Olympiad), medalinya emas juga, dan ABSOLUTE WINNER!! Dan dia melanjutkan studinya dengan damai di MIT. Yes, MIT.

Semula saya minder dengan peringkat orang-orang cina. Lalu, Al bilang, "Yelah, lo tau gak sih dulu sebelum dia ikut, dia itu beneran pinter ato nggak? Orang dia latihan 60 soal per hari, jelaslah kalo sekarang jadi pinter!"

OMG, yes, got it. Usaha Sebanding Hasil.

*****

Lalu, dia menawarkan saya kursus buat bimbingan OSN. Dengan senang hati saya terima.

Tuesday, August 3, 2010

Berguna Bagi Sesama

Tadi siang, saya pelajaran agama. Kelompok saya giliran presentasi tentang boros. Dan tiba-tiba Pak Zul, guru saya nyeletuk, "Jadilah orang yang banyak berguna bagi manusia, karena itu merupakan sebaik-baiknya manusia." Seketika saya ingat sewaktu masih SD....

Dulu saya nggak punya bayangan mau melanjutkan SMP di mana, apalagi kuliah. Jelas lah, masih kecil. Tetapi orang tua saya selalu berbicara, jadilah orang yang berguna bagi orang lain. Hal itu bisa dilakukan di mana saja, mulai dari sekolah, hingga masyarakat.

Petuah itu nggak main-main. Hingga pada jaman SMP petuah itu diulangi lagi. Waktu itu saya sedikit dipaksa supaya bisa berguna bagi orang lain, lalu dengan kebaikan saya kepada orang lain, semoga akan mendapatkan rezeki. Kebetulan yang dibahas saat itu adalah beasiswa. Di Stanford University kalau bisa.

Sekali lagi, waktu itu saya hanya ditekankan untuk berguna bagi sesama. Bukan untuk belajar super keras.

Sebenarnya, apa sih istimewanya berguna bagi sesama?